Saturday, April 20, 2019

Perbedaan Budaya Indonesia dengan Budaya Asing

Perbedaan Budaya Indonesia dengan Budaya Asing

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Setiap negara pastinya memiliki budaya yang berbeda satu sama lain. Sebagai contoh adalah perbedaan antara budaya timur dan barat.  
  • Kebudayaan Barat (co:Amerika) adalah kebudayaan yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara mamahami ilmu pengtahuan dan filsafat. Mereka melakukan berbagai macam cara diskusi dan debat untuk menemukan atau menentukan makna seperti apa yang sebenarnyamurni /asli dari kesadaran. Mereka banyak belajar dan juga mengajar yang awalnya datang dari proses diskusi dan perdebatan yang mereka lakukan. Melalui proses belajar dan mengajar, para ahli kebudayaan barat dituntut untuk pandai dalam berceramah dan berdiskusi. Hal itu dilakukan karena pada akhirnya akan banyak yang mengikuti ajarannya.
  • Kebudayaan Timur (co:Indonesia) adalah kebudayaan yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara melakukan berbagai macam pelatihan fisik dan mental. Pelatihan fisik dapat dicontohkan dengan cara menjaga pola makan dan minum ataupun makanan apa saja yang boleh dimakan dan minuman apa saja yang boleh di minum, karena hal tersebut dapat berpengaruh pada pertumbuhan maupun terhadap fisik. Sedangkan untuk pelatihan mental yaitu dapat berupa kegiatan yang umumnya/mayoritas dilakukan sendiri.
Dan berikut merupakan beberapa poin perbedaan yang diungkapkan oleh seniman Cina Yang Liu tentang budaya antara Timur dan Barat, dan saya akan mengambil contoh perbedaan antara budaya Indonesia dan Amerika:

1. Opini
  • Orang Indonesia cenderung berbelit-belit dalam berargumen dimana maksudnya tidak serumit argumennya.
  • Amerika lebih to-the-point dalam berargumen.
2. Waktu
  • Indonesia memang terkenal akan jam karet nya dan kurang menghargai waktu
  • Sedangkan Amerika, mereka cenderung on time 
3. Gaya Hidup
  • Orang Indonesia akan lebih nyaman apabila tetap dekat dengan kerabat terutama keluarga. 
  • Berbeda dengan orang Amerika, mereka cenderung individualis.
4.Hubungan
  • Sangat bersosialisasi atau menjalin hubungan lebih komplek, hingga social media pun menjadi aplikasi yang sering digunakan sebagai alat untuk bersosialisasi.
  • Berbeda dengan orang Barat mereka lebih individualis/sangat jarang menjalin hubungan dengan orang lain.
5. Perayaan / Pesta
  • Jika ada perayaan atau pesta, banyak orang Indonesia lebih suka mengundang seluruh kerabat serta teman. Contohnya dalam acara pernikahan, membuat undangan dengan jumlah cukup banyak merupakan pemborosan.
  • Di Amerika, apabila mereka membuat suatu acara, hanya kerabat, keluarga serta beberapa teman dekat yang diundang. 
6. Terhadap sesuatu yang Baru
  • Di Indonesia, apabila terdapat barang baru, dimisalkan: gadget, dikarenakan orang Indonesia cenderung konsumtif maka mereka akan membeli barang tersebut untuk memenuhi rasa ingin tahu. 
  • Berbeda dengan orang Amerika jikalau ada sesuatu yang baru, tidak serta merta ingin tahu dan  ingin memiliki atau memakainya , hanya sekedar tahu saja.
8.Trendi
  • Jika orang Barat lebih senang dengan sesuatu yang berbau traditional dan alami. 
  • Kebalikannya, orang Indonesia belum disebut trendi kalau tidak bergaya ke barat-baratan, contoh : lebih merasa gengsi kalau makan di tempat fast food, padahal dinegara asalnya makanan tersebut bisa dibilang makanan biasa saja.
9. Transportasi
  • Dahulu Amerika, dominan menggunakan mobil. Sekarang, lebih dominan menggunakan sepeda, karena faktor pentingnya kesehatan 
  • Berbeda dengan orang Timur, kalau dulu dominan menggunakan sepeda. Sekarang, sudah harus pakai mobil, kalau mampu menggunakan jasa supir pribadi.
10.Di tempat makan
  • Saat di tempat makan. Orang Amerika cenderung tertib jika sedang makan. 
  • Orang Indonesia, kadang cenderung makan dengan mengobrol hingga cukup gaduh serta membuang-buang waktu.
Hal-hal lain diantaranya yaitu budaya makanan, apabila barat memiliki 3 sesi saat makan yaitu appetizer-maincourse-dessert. Di indonesia, ketiga nya merupakan makanan utama. Dan juga tradisi yang beragam di Indonesia, seperti acara 7 bulanan di Indonesia, sedangkan di Amerika adalah baby shower. Perbedaannya yaitu apabila di Indonesia yang membuat acara adalah sang calon ibu, sedangkan di Amerika yang membuat acara adalah kerabat dekat dari sang calon ibu.

Akan tetapi hal tersebut tergantung dari karakter tiap manusia. Sebagai warga Indonesia, kita harus mengembangkan hal-hal dari budaya kita menjadi hal yang positif serta dapat membantu negara menjadi negara maju, layaknya Amerika.

Monday, March 11, 2019

Perbedaan Budaya Kesenian antara suku Jawa dan Sunda

Perbedaan Budaya Kesenian antara suku Jawa dan Sunda


      Seperti yang kita ketahui di Indonesia mempunyai berbagai macam budaya kesenian. Setiap Suku mempunyai ciri khasnya masing - masing. Salah satunya adalah Suku Jawa dan Sunda pasti mempunyai perbedaan disisi Budayanya.

Kesenian Suku Jawa

Orang Jawa terkenal kerana kebudayaan seni yang sebahgian besarnya dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoir cerita wayang atau lakonan sebahagian besarnya berdasarkan roman kesateriaan Ramayana dan Mahabharata.(Wapedia.mobi)
Tetapi kadangkala cerita islampun dipentaskan juga. Dengan demikian, terdapat juga pengaruh Islam serta Dunia Barat.Tetapi, ada fersi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang,dan adapula yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan oleh dalng ini adalah berupa wayang kulit atau golek.(id wikipedia.org)
Stratifikasi Suku Jawa
Masyarakat Jawa juga terkenal kerana pembahagian golongan sosialnya. Pada dekad 1960-an, Clifford Geertz, pakar antropologi Amerika Syarikat yang ternama, membahagikan masyarakat Jawa kepada tiga buah kelompok: .(Wapedia.mobi)
1. kaum santri
Kaum santri adalh penganut agama islam yang taat, santri adalah orang yang mempelajari agama di pesantren.Kaum santri biasanya berprofesi dalam bidang agraris, serta menjadi pedagang,pengrajin,dan pengusaha. .(id wikipedia.org)
2. kaum abangan
Kaum abangan adalah penganut islam secara nominal atau penganut Kejawen,masih menganut animisme dan dinamisme.(Wapedia.mobi)
Abangan digunakan untuk mereka yang bukan priyai dan juga bukan santri.Mata pencaharian kaum abangan adalh Petani, nelayan.(id wikipedia.org)


3. kaum priyayi.
Dalam kebudayaan jawa priyai adalah kelas sosial yangmengacu pada golongan bangsawan, suatu golongan tertinggi dalam masyarakat karena memiliki keturunan dari keluarga kerajaan. Golongan priyai tertinggi disebut priyai ageng (bangsawan tinggi).Gelar daalam golongan ini terbagi menjadi bermacam-macam berdasarkan tinggi rendahnya suatu kehormatan, beberapa gelar dari yang tertinggi hingga dengan hanya satu gelar saja yaitu raden.Gelar dalam Priyai juga dapat meningkat seiring dari usahanya. .(id wikipedia.org)
Kaum priyai adalh pembawa kebudayaan kota jawa tradisional yang mencapai tingkat yang sempurna disekitar keraton yogya dan surakarta.Pada umumnya kaum priayi berprofesi sebagai Guru atau seorang pegawai
Menurut beliau, kaum santri adalah penganut agama Islam yang warak, manakala kaum abangan adalah penganut Islam pada nama sahaja atau penganut Kejawen, dengan kaum priyayi merupakan kaum bangsawan. Tetapi kesimpulan Geertz ini banyak ditentang kerana ia mencampurkan golongan sosial dengan golongan kepercayaan. Kategorisasi ini juga sulit diterapkan dalam menggolongan kaum-kaum lain, misalnya orang-orang Indonesia yang lain serta juga suku-suku bangsa bukan pribumi seperti keturunan-keturunan Arab, Tionghoa dan India. .(id wikipedia.org)
 Upacara Pernikahan Adat Suku Jawa
Pada umumnya upacara perkawinan adat suku jawa dan suku sunda itu sama, yaitu adanya:
1. Lamaran. Dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta keluarga dekat. Disertai seseorang berusia lanjut sebagai pemimpin upacara. Bawa lamareun atau sirih pinang komplit, uang, seperangkat pakaian wanita sebagai pameungkeut (pengikat). Cincin tidak mutlak harus dibawa. Jika dibawa, bisanya berupa cincing meneng, melambangkan kemantapan dan keabadian.
2. Tunangan. Dilakukan ‘patuker beubeur tameuh’, yaitu penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis.
3. Seserahan (3 - 7 hari sebelum pernikahan). Calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan, dan lain-lain
4. memandikan calon pengantin yang disebut dengan siraman, sehari sebelum pesta pernikahan.(www.kayadan sehat.blogsport)
5. Upacara malam Midodareni,yaitu merupakan malam dimana sang calon pengantin wanita di pingitatau tidak boleh dilihat oleh calon pengantin laki-laki. .(www.kayadan sehat.blogsport)
6. Upacara prosesi pernikahan
1. Penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita
2. ibu calon pengantin wanita menyambut dengan pengalungan bunga melati kepada calon pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju pelaminan.
3. Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukkan di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang berarti penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua mempelai akan menandatangani surat nikah.
4. Sungkeman.
ARSITEKTUR RUMAH
Susunan ruang dalam bangunan tradisional Jawa pada prinsipnya terdiri dari beberapa bagian ruang yaitu :
1. Pendapa, difungsikan sebagai tempat melakukan aktivitas yang sifatnya formal (pertemuan, upacara, pagelaran seni dan sebagainya). Meskipun terletak di bagian depan, pendapa bukan merupakan ruang penerima yang mengantar orang sebelum memasuki rumah. Jalur akses masuk ke rumah yang sering terjadi adalah tidak dari depan melalui pendapa, melainkan justru memutar melalui bagian samping rumah

2. Pringgitan, lorong penghubung (connection hall) antara pendapadengan omah njero. Bagian pringgitan ini sering difungsikan sebagai tempat pertunjukan wayang kulit / kesenian / kegiatan publik. Emperan adalah teras depan dari bagian omah-njero. Teras depan yangbiasanya lebarnya sekitar 2 meter ini merupakan tempat melakukan kegiatan umum yang sifatnya nonformal

3. Omah njero, kadang disebut juga sebagai omah-mburi, dalem ageng atau omah. Kata omah dalam masyarakat Jawa juga digunakan sebagai istilah yang mencakup arti kedomestikan, yaitu sebagai sebuah unit tempat tinggal.

4. Senthong-kiwa, dapat digunakan sebagai kamar tidur keluarga atau sebagai tempat penyimpanan beras dan alat bertani.

5. Senthong tengah (krobongan), sering juga disebut sebagai boma, pedaringan, atau krobongan. Dalam gugus bangunan rumah tradisional Jawa, letak senthong-tengah ini paling dalam, paling jauh dari bagian luar. Senthong-tengah ini merupakan ruang yang menjadi pusat dari seluruh bagian rumah. ruang ini seringkali menjadi “ruang pamer” bagi keluarga penghuni rumah tersebut.Sebenarnya senthong-tengah merupakan ruang yang sakral yang sering menjadi tempat pelaksanaan upacara / ritual keluarga. Tempat ini juga menjadi ruang penyimpanan benda-benda pusaka keluarga penghuni rumah.

6. Senthong-tengen, fungsinya sama dengan sentong kiwa

7. Gandhok, bangunan tambahan yang mengitari sisi samping dan belakang bangunan inti.

Kesenian Suku Sunda



1. Kirab Helaran
Kirap helaran atau yang disebut sisingaan adalah suatu jenis kesenian tradisional atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk pagelaran. Pertunjukannya biasa ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus seperti: menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan kegiatan hari-hari besar lainnya. Seperti yang diikuti ratusan orang dari perwakilan seluruh kelurahan di Cimahi, yang berupa arak-arakan yang pernah digelar pada saat Hari Jadi ke-6 Kota Cimahi. Kirap ini yang bertolak dari Alun-alun Kota Cimahi menuju kawasan perkantoran Pemkot Cimahi, Jln. Rd. Demang Hardjakusumah itu, diikuti oleh kelompok-kelompok masyarakat yang menyajikan seni budaya Sunda, seperti sisingaan, gotong gagak, kendang rampak, calung, engrang, reog, barongsai, dan klub motor. .( 3 gplus,wordpress.com )


2 Karya Sastra
Di bawah ini terdapat beberapa daftar karya sastra dalam bahasa Jawa yang berasal dari daerah kebudayaan Sunda, yaitu: Babad Cerbon, Cariosan Prabu Siliwangi, Carita Ratu Galuh, Carita Purwaka Caruban Nagari, Carita Waruga Guru, Kitab Waruga Jagat, Layang Syekh Gawaran, Pustaka Raja Purwa, Sajarah Banten, Suluk Wuyung Aya, Wahosan Tumpawarang, Wawacan Angling Darma, Wawacan Syekh Baginda Mardan, Kitab Pramayoga /jipta Sara.( 3 gplus,wordpress.com )
3. Pencak Silat Cikalong
Pencak silat Cikalong tumbuh dikenal dan menyebar, penduduk setempatan menyebutnya “Maempo Cikalong”. Khususnya di Jawa Barat dan diseluruh Nusantara pada umumnya, hampir seluruh perguruan pencak silat melengkapi teknik perguruannya dengan aliran ini.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan kebudayaan Sunda seperti: musik kecapi suling Cianjuran, klompen cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll. (3 gplus,wordpress.com)
4. Seni Tari
a. Tari Jaipong
b. Tari Merak
c. Tari Topeng
d. Seni Bangreng
e. Rengkong
f. Kuda renggong
 Stratifikasi Suku Sunda
Masyarakat Jawa Barat, yaitu masyarakat Sunda, mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat. Nilai individu sangat tergantung pada penilaian masyarakat. Dengan demikian, dalam pengambilan keputusan, seperti terhadap perkawinan, pekerjaan, dll., seseorang tidak dapat lepas dari keputusan yang ditentukan oleh kaum keluarganya. Dalam masyarakat yang lebih luas, misalnya dalam suatu desa, kehidupan masyarakatnya sangat banyak dikontrol oleh pamong desa. Pak Lurah dalam suatu desa merupakan “top leader” yang mengelola pemerintahan setempat, berikut perkara-perkara adat dan keagamaan. Selain pamong desa ini, masih ada golongan lain yang dapat dikatakan sebagai kelompok elite, yaitu tokoh-tokoh agama. Mereka ini turut selalu di dalam proses pengambilan keputusan-keputusan bagi kepentingan kehidupan dan perkembangan desa yang bersangkutan. Paul Hiebert dan Eugene Nida, menggambarkan struktur masyarakat yang demikian sebagai masyarakat suku atau agraris.
Perbedaan status di antara kelompok elite dengan masyarakat umum dapat terjadi berdasarkan status kedudukan, pendidikan, ekonomi, prestige sosial dan kuasa. Robert Wessing, yang telah meneliti masyarakat Jawa Barat mengatakan bahwa ada kelompok
“in group” dan “out group” dalam struktur masyarakat. Kaum memandang sesamanya sebagai “in group” sedang di luar status mereka dipandang sebagai “out group.
W.M.F. Hofsteede, dalam disertasinya Decision–making Process in Four West Java Villages (1971) juga menyimpulkan bahwa ada stratifikasi masyarakat ke dalam kelompok elite dan massa. Elite setempat terdiri dari lurah, pegawai-pegawai daerah dan pusat, guru, tokoh-tokoh politik, agama dan petani-petani kaya. Selanjutnya, petani menengah, buruh tani, serta pedagang kecil termasuk pada kelompok massa. Informal leaders, yaitu mereka yang tidak mempunyai jabatan resmi di desanya sangat berpengaruh di desa tersebut, dan diakui sebagai pemimpin kelompok khusus atau seluruh desa.
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam lingkungan kerabat atau keluarga dalam masyarakat Sunda menempati kedudukan yang sangat penting. Hal itu bukan hanya tercermin dari adanya istilah atau sebutan bagi setiap tingkat hubungan itu yang langsung dan vertikal (bao, buyut, aki, bapa, anak, incu) maupun yang tidak langsung dan horisontal (dulur, dulur misan, besan), melainkan juga berdampak kepada masalah ketertiban dan kerukunan sosial. Bapa/indung, aki/nini, buyut, bao menempati kedudukan lebih tinggi dalam struktur hubungan kekerabatan (pancakaki) daripada anak, incu, alo, suan. Begitu pula lanceuk (kakak) lebih tinggi dari adi (adik), ua lebih tinggi dari paman/bibi. Soalnya, hubungan kekerabatan seseorang dengan orang lain akan menentukan kedudukan seseorang dalam struktur kekerabatan keluarga besarnya, menentukan bentuk hormat menghormati, harga menghargai, kerjasama, dan saling menolong di antara sesamanya, serta menentukan kemungkinan terjadi-tidaknya pernikahan di antara anggota-anggotanya guna membentuk keluarga inti baru.
Upacara Pernikahan Suku Sunda
Adat Sunda merupakan salah satu pilihan calon mempelai yang ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya mempelai yang berasal dari Sunda. Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat berikut ini.
1. Nendeun Omong, yaitu pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang berminat mempersunting seorang gadis.
2. Lamaran. Dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta keluarga dekat. Disertai seseorang berusia lanjut sebagai pemimpin upacara. Bawa lamareun atau sirih pinang komplit, uang, seperangkat pakaian wanita sebagai pameungkeut (pengikat). Cincin tidak mutlak harus dibawa. Jika dibawa, bisanya berupa cincing meneng, melambangkan kemantapan dan keabadian.
3. Tunangan. Dilakukan ‘patuker beubeur tameuh’, yaitu penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis.
4. Seserahan (3 - 7 hari sebelum pernikahan). Calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan, dan lain-lain.
5. Ngeuyeuk seureuh (opsional, Jika ngeuyeuk seureuh tidak dilakukan, maka seserahan dilaksanakan sesaat sebelum akad nikah.)
o Dipimpin pengeuyeuk.
o Pengeuyek mewejang kedua calon pengantin agar meminta ijin dan doa restu kepada kedua orang tua serta memberikan nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang disediakan berupa parawanten, pangradinan dan sebagainya.
o Diiringi lagu kidung oleh pangeuyeuk
o Disawer beras, agar hidup sejahtera.
o dikeprak dengan sapu lidi disertai nasehat agar memupuk kasih sayang dan giat bekerja.
o Membuka kain putih penutup pengeuyeuk. Melambangkan rumah tangga yang akan dibina masih bersih dan belum ternoda.
o Membelah mayang jambe dan buah pinang (oleh calon pengantin pria). Bermakna agar keduanya saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri.
o Menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali (oleh calon pengantin pria).
6. Membuat lungkun. Dua lembar sirih bertangkai saling dihadapkan. Digulung menjadi satu memanjang. Diikat dengan benang kanteh. Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang hadir. Maknanya, agar kelak rejeki yang diperoleh bila berlebihan dapat dibagikan kepada saudara dan handai taulan.
7. Berebut uang di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan berlomba mencari rejeki dan disayang keluarga.
8. Upacara Prosesi Pernikahan
o Penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita
o Ngabageakeun, ibu calon pengantin wanita menyambut dengan pengalungan bunga melati kepada calon pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju pelaminan.
o Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukkan di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang berarti penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua mempelai akan menandatangani surat nikah.
o Sungkeman,
o Wejangan, oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.
o Saweran, kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun berisi petuah utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin dipayungi payung besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung.
o Meuleum harupat, pengantin wanita menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram pengantin wanita dengan kendi air. Lantas harupat dipatahkan pengantin pria.
o Nincak endog, pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai pecah. Lantas kakinya dicuci dengan air bunga dan dilap pengantin wanita.
Buka pintu. Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan.(3 gplus, wordpress.com )
Rumah adat sunda adlah satu dari sekian banyaknya rumah adat yang ada di indonesia, rumah adat sunda sendiri biasanya terkenal akan kesederhanaan dan memiliki nilai estetika yang tinggi, selain itu rumah adat sunda ini identik dengan rumah yang berbahan dasar dari bambu dan kayu, nah untuk membahas lebih lanjut berikut ini adalah beberapa rumah adat sunda yang memang sudah terkenal di kalangan masyarakat.


  • perahu kumureb
dalam bahasa indonesia sendiri bahwa perahu kumureb adalah perahu yang terbalik, nah maksudnya adalah sebuah rumah adat sund ayang dimana atapnya menyerupai sebuah perahu yang terbalik, selain itu atap dalam bahasa sunda di sebut juga dengan suhunan.
  • Suhunan jolopong
berbeda dengan yang sebelumnya, jika pada perahu kumureb menyerupai sebuah perahu yang terbalik, pada suhunan jolopong ini atap atau suhunan sebuah rumahnya memiliki ukuran yang panjang, makanya di sebut dengan suhunan jolopong, yang dimana jika diartikan , suhunan yang berarti atap, dan jolopong itu adalah panjang.
  • capit gunting
sebuah rumah yang dibangun dengan atap atau suhunan pada bagian depan dan belakangnya di bagian atasnya di berikan kayu atau bambu yang lebih, sehingga akan menyilang layaknya sebuah gunting.
  • Badak heuay
Jika diartikan denga arti sbenarnya badak heuay artinya adalah badak yang sedang menguap, namun dalam arti rumah ini memiliki arti sebuah rumah yang di bangun seperti saung namun pada bagian atas depannya di sambung dengan atap lainnya, sehingga jika dilihat dari sudut lain akan nampak seperti badak yang sedang heuay atau badak yang sedang menguap.
  • Tagog anjing
sama seperti halnya badak heuay , pada rumah jenis ini yang membedakan hanya saja pada bagian depan yang di berikan sambungan sehingga terlihat seperti sedikit turun, nah jika di lihat maka akan seperti anjing yang sedang jongkok.
  • julang ngapak
bangunan yang bagian atap sisi kiri sedikit melebar ke samping, selain itu ada juga yang menyebutnya dengan sorondoy gaplok , nah rumah dengan suhunan atau atap sejenis ini biasanya banyak di gunakan oleh kebanyakan orang sunda.